TIRTA Coaching: Tujuan, Identifikasi, Rencana, Topik, Aksi

by Alex Braham 59 views

Hey guys! Pernah denger istilah TIRTA dalam dunia coaching? Atau mungkin lagi nyari tau sebenarnya apa sih TIRTA itu dan gimana penerapannya? Nah, pas banget! Artikel ini akan mengupas tuntas tentang TIRTA dalam coaching, mulai dari kepanjangannya, tujuan penggunaannya, sampai contoh penerapannya. Dijamin setelah baca ini, kamu bakal lebih paham dan bisa langsung praktikkan dalam sesi coaching kamu!

Apa Itu TIRTA dalam Coaching?

TIRTA adalah sebuah akronim yang sering digunakan sebagai framework atau kerangka kerja dalam sesi coaching. Setiap huruf dalam TIRTA mewakili sebuah tahapan penting yang perlu dilalui dalam proses coaching yang efektif. Jadi, TIRTA itu bukan cuma sekadar istilah keren, tapi juga panduan praktis buat para coach dan coachee (klien yang di-coach) agar sesi coaching berjalan terstruktur dan mencapai hasil yang diinginkan. Mari kita bedah satu per satu!

Tujuan (Goal)

Tahap pertama dalam TIRTA adalah Tujuan atau Goal. Di sini, coach membantu coachee untuk mengidentifikasi dan merumuskan tujuan yang jelas, spesifik, terukur, realistis, dan terikat waktu (SMART). Tujuan ini adalah arah yang ingin dicapai oleh coachee melalui proses coaching. Tanpa tujuan yang jelas, sesi coaching bisa jadi nggak fokus dan hasilnya pun nggak optimal. Bayangin aja, kalau kamu mau pergi ke suatu tempat, tapi nggak tau tujuannya di mana, pasti bingung kan? Sama halnya dengan coaching, tujuan yang jelas adalah kompas yang memandu perjalanan coachee. Dalam merumuskan tujuan ini, seorang coach perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menggali lebih dalam, seperti:

  • "Apa yang ingin kamu capai dalam sesi coaching ini?"
  • "Apa yang membuat tujuan ini penting bagi kamu?"
  • "Bagaimana kamu tahu bahwa kamu telah mencapai tujuan ini?"
  • "Kapan kamu ingin mencapai tujuan ini?"

Dengan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini, coach dan coachee bisa merumuskan tujuan yang benar-benar relevan dan memotivasi. Tujuan ini juga harus disepakati bersama, sehingga coachee merasa memiliki tujuan tersebut dan termotivasi untuk mencapainya. Contohnya, seorang coachee mungkin memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan public speaking. Tujuan ini masih terlalu umum. Coach bisa membantu coachee untuk merumuskan tujuan yang lebih spesifik, misalnya: "Saya ingin mampu menyampaikan presentasi di depan tim dengan percaya diri dan efektif dalam waktu satu bulan." Tujuan ini sudah lebih SMART dan memberikan arah yang jelas bagi coachee.

Identifikasi (Reality)

Setelah tujuan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah Identifikasi atau Reality. Pada tahap ini, coach membantu coachee untuk mengeksplorasi situasi saat ini, tantangan yang dihadapi, dan sumber daya yang dimiliki. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang realitas yang dihadapi coachee terkait dengan tujuan yang ingin dicapai. Ini seperti melakukan assessment atau penilaian terhadap kondisi saat ini. Coach perlu membantu coachee untuk melihat situasi secara objektif dan jujur, tanpa menyalahkan diri sendiri atau orang lain. Pertanyaan-pertanyaan yang bisa diajukan oleh coach dalam tahap ini antara lain:

  • "Bagaimana situasi kamu saat ini terkait dengan tujuan yang ingin kamu capai?"
  • "Apa saja tantangan yang kamu hadapi?"
  • "Apa saja kekuatan dan sumber daya yang kamu miliki?"
  • "Apa saja hal-hal yang menghambat kamu mencapai tujuanmu?"

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini akan memberikan coach dan coachee pemahaman yang lebih mendalam tentang situasi yang dihadapi. Dengan pemahaman ini, mereka bisa mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan dan sumber daya yang bisa dimanfaatkan. Contohnya, dalam kasus coachee yang ingin meningkatkan kemampuan public speaking, coach bisa membantu coachee untuk mengidentifikasi apa saja yang membuat dia merasa tidak percaya diri saat berbicara di depan umum. Apakah karena kurang persiapan, takut salah, atau kurang pengalaman? Dengan mengidentifikasi akar masalahnya, coach dan coachee bisa mencari solusi yang tepat.

Rencana (Options)

Setelah memahami realitas yang ada, saatnya untuk menyusun Rencana atau Options. Di tahap ini, coach membantu coachee untuk menghasilkan berbagai opsi atau solusi yang mungkin untuk mencapai tujuan. Tujuannya adalah untuk memperluas perspektif coachee dan membuka pikiran terhadap berbagai kemungkinan yang ada. Coach tidak memberikan solusi secara langsung, tetapi memfasilitasi coachee untuk menemukan solusi terbaik bagi dirinya sendiri. Proses brainstorming sangat penting dalam tahap ini. Coach bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pemikiran kreatif, seperti:

  • "Apa saja kemungkinan solusi yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi tantangan yang kamu hadapi?"
  • "Jika kamu memiliki semua sumber daya yang kamu butuhkan, apa yang akan kamu lakukan?"
  • "Apa yang bisa kamu pelajari dari orang lain yang sukses di bidang ini?"
  • "Apa ide-ide gila yang mungkin berhasil?"

Semakin banyak opsi yang dihasilkan, semakin besar kemungkinan untuk menemukan solusi yang tepat. Setelah menghasilkan berbagai opsi, coach membantu coachee untuk mengevaluasi setiap opsi dan memilih opsi yang paling sesuai dengan dirinya. Evaluasi ini bisa dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai faktor, seperti efektivitas, risiko, dan sumber daya yang dibutuhkan. Contohnya, dalam kasus coachee yang ingin meningkatkan kemampuan public speaking, beberapa opsi yang bisa dipertimbangkan antara lain: mengikuti kursus public speaking, berlatih di depan cermin, meminta feedback dari teman atau kolega, atau bergabung dengan komunitas public speaking. Coach membantu coachee untuk mengevaluasi setiap opsi dan memilih opsi yang paling sesuai dengan kebutuhan dan preferensinya.

Topik (Topic)

Topik atau Topic adalah area spesifik yang menjadi fokus dalam setiap sesi coaching. Setiap sesi coaching sebaiknya memiliki topik yang jelas dan terfokus, agar diskusi tidak melebar ke mana-mana dan tetap relevan dengan tujuan yang ingin dicapai. Topik ini bisa berupa tantangan yang dihadapi coachee, keterampilan yang ingin ditingkatkan, atau keputusan yang perlu diambil. Pemilihan Topik ini biasanya dilakukan di awal sesi coaching, setelah coach dan coachee mereview kemajuan yang telah dicapai dan mengidentifikasi area yang paling membutuhkan perhatian. Coach bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti:

  • "Apa yang ingin kamu fokuskan dalam sesi coaching kita hari ini?"
  • "Apa tantangan terbesar yang sedang kamu hadapi saat ini?"
  • "Area mana yang paling ingin kamu tingkatkan?"
  • "Keputusan apa yang perlu kamu ambil dalam waktu dekat?"

Dengan memilih Topik yang spesifik, sesi coaching bisa menjadi lebih efektif dan terarah. Coach dan coachee bisa menggali lebih dalam tentang Topik tersebut, mencari solusi yang tepat, dan menyusun rencana aksi yang konkret. Contohnya, dalam kasus coachee yang ingin meningkatkan kemampuan public speaking, Topik sesi coaching bisa berupa "mengatasi rasa gugup saat berbicara di depan umum." Dengan fokus pada Topik ini, coach dan coachee bisa membahas berbagai teknik relaksasi, strategi persiapan, dan cara mengelola pikiran negatif.

Aksi (Action)

Tahap terakhir dalam TIRTA adalah Aksi atau Action. Di sini, coach membantu coachee untuk merumuskan rencana aksi yang konkret dan terukur. Rencana aksi ini berisi langkah-langkah spesifik yang akan diambil oleh coachee untuk mencapai tujuan. Rencana aksi ini harus realistis dan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki oleh coachee. Coach membantu coachee untuk mengidentifikasi hambatan yang mungkin muncul dan menyusun strategi untuk mengatasinya. Penting juga untuk menetapkan tenggat waktu untuk setiap langkah aksi, agar coachee tetap termotivasi dan bertanggung jawab. Pertanyaan-pertanyaan yang bisa diajukan oleh coach dalam tahap ini antara lain:

  • "Apa langkah-langkah konkret yang akan kamu ambil untuk mencapai tujuanmu?"
  • "Kapan kamu akan memulai setiap langkah aksi?"
  • "Apa saja sumber daya yang kamu butuhkan?"
  • "Bagaimana kamu akan mengukur kemajuanmu?"
  • "Siapa yang bisa mendukungmu dalam mencapai tujuanmu?"

Rencana aksi ini harus didokumentasikan dengan baik, agar coachee bisa melacak kemajuannya dan tetap fokus pada tujuan yang ingin dicapai. Coach juga perlu melakukan follow-up secara berkala untuk memantau kemajuan coachee dan memberikan dukungan jika diperlukan. Contohnya, dalam kasus coachee yang ingin meningkatkan kemampuan public speaking, rencana aksi bisa berupa: (1) mengikuti kursus public speaking selama 2 minggu, (2) berlatih berbicara di depan cermin setiap hari selama 15 menit, (3) meminta feedback dari teman atau kolega setelah setiap latihan, dan (4) bergabung dengan komunitas public speaking untuk mendapatkan dukungan dan inspirasi. Dengan rencana aksi yang jelas dan terukur, coachee akan merasa lebih termotivasi dan percaya diri untuk mencapai tujuannya.

Kesimpulan

TIRTA dalam coaching adalah kerangka kerja yang efektif untuk membantu coachee mencapai tujuan mereka. Dengan mengikuti tahapan TIRTA, coach dapat memandu coachee melalui proses coaching yang terstruktur dan terarah. Mulai dari merumuskan Tujuan yang jelas, mengidentifikasi Realitas yang ada, menyusun Rencana aksi yang konkret, memilih Topik yang relevan, hingga melaksanakan Aksi yang terukur, TIRTA memberikan panduan yang komprehensif bagi para coach dan coachee. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, praktikkan TIRTA dalam sesi coaching kamu dan rasakan manfaatnya!

Semoga artikel ini bermanfaat ya, guys! Jangan ragu untuk bertanya jika ada yang kurang jelas. Selamat mencoba dan semoga sukses dalam perjalanan coaching kamu! Ingat, TIRTA adalah kunci untuk membuka potensi diri dan mencapai tujuan yang diimpikan.